dahulu kala di jaman Hettangian hingga Tithonian, hiduplah berbagai macam mahluk hidup,
di kala itu berlarian hewan hewan besar dinosaourus dan manusia yang sekarang belumlah eksis,
akan tetapi hiduplah raksasa-raksasa besar dengan anatomi yang mirip dengan manusia sekarang.
tersebutlah di suatu desa yang diberi nama Gullfaks, hidup sebuah keluarga raksasa.
keluarga raksasa itu memiliki seorang anak perempuan yang cantik jelita pada masanya yang diberi nama Vaquelinite.
sang ayah yang sayang terhadap putrinya itu selalu membuat sesuatu yang manis dan special untuk putrinya itu.
Kali ini Valin (panggilan ayahnya terhadap putri itu) sudah menginjak umur yang cukup untuk masuk sekolah dasar raksasa (dimana muridnya adalah para raksasa).
ayahnya berfikir keras untuk membuatkan sesuatu yang bisa menyemangati Valin di hari pertamanya sekolah.
maka dihalaman rumah raksasa yang berisi pasir tempat tyrex peliharaan mereka pipis dan buang hajat (tyrex menjadi peliharaan raksasa seperti kucing pada jaman sekarang),
sang ayah menanam pepohonan dan menyusunnya hingga membentuk suatu pola.
pagi hari ketika Valin hendak berangkat sekolah dia melihat hasil karya buatan ayahnya tersebut dan dia merasa gembira,
dia berterimaksih terhadap ayahnya dan tidak lupa mencium tangan dan mengucap Assalamualaikum (raksasanya religius).
sang ayah melepas kepergian putrinya dengan haru dan bangga, dia berjanji menunggunya di pintu pagar ketika Valin pulang dari sekolah.
di sekolah Valin bertemu dengan teman temannya, sebagian sudah dia kenal dari playgroup sehingga dia tidak lagi merasa canggung (jaman itu SD raksasa cuma ada 6 di bumi, karena membangun sekolah menghabiskan lahan yang cuma segitu gitu aja).
muncullah Delvauxite dari kejauhan, seorang murid dari SD tersebut yang dulu berplay group yang sama dengan Valin.
mereka bertemu dan mengobrol panjang lebar karena sudah lama tidak ketemu (obrolannya tidak ditulis, karena obrolan anak SD tidaklah begitu beragam).
hingga akhirnya bel tanda masuk berbunyi dan mereka janjian untuk pulang bareng, dan meneruskan obrolan yang sempat terpotong.
Akhirnya waktu pulang pun tiba, Valin bertemu Dexite di gerbang sekolah dan pulang bareng. Dexite mengajak Valin untuk bermain terlebih dahulu ke Mall raksasa yang cuma ada satu di bumi ini.
Sementara sang ayah di rumah mulai merasa gelisah, tidak ada kabar dari Valin,
tak satu pun sms atau telpon atau kabar dari Valin, dia mundar mandir gelisah,,
hingga akhirnya setelah sangat lama menunggu Valin pulang, sang Ayah yang merasa khawatir itu memarahi Valin karena tidak memberi kabar.
Valin pun menangis karena kali ini sang ayah marahnya sangat besar. Valin pun keluar ke halaman dan maen ayunan sambil tetap menangis.
dipandangnya pepohonan yang dibuat oleh ayahnya, seketika itu juga dia mengambil selang dan menyiramnya dengan air, valin merasa marah terhadap ayahnya. Valin yang masih kecil belum mengerti betapa risau sang ayah menunggunya.
setelah disiram Valin pun menimbunnya dengan pasir hingga tumbuhan itu mati tergenang dan tertutup pasir.
jam berganti hari, hari berganti tahun, dan tahun pun terus bertambah hingga masa sekarang. pepohonan yang tertimbun pun berubah membatu.
hasil karya sang ayah pun masih terabadikan hingga sekarang, ditemukan ketika dilakukan survey bawah permukaan.
(cerita diatas hanyalah sungguh sungguh ngaco belaka jika ada kesamaan nama dan tempat, atau cerita dengan kejadian nyata itu hanyalah kebetulan saja)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment